News

Lemahnya Perlindungan Hukum, Security Garda Terdepan Pengamanan Obyek Vital: Dedikasi, Risiko, dan Tanggung Jawab

×

Lemahnya Perlindungan Hukum, Security Garda Terdepan Pengamanan Obyek Vital: Dedikasi, Risiko, dan Tanggung Jawab

Sebarkan artikel ini

Lemahnya Perlindungan Hukum, Security Garda Terdepan Pengamanan Obyek Vital: Dedikasi, Risiko, dan Tanggung Jawab

Opini : Mohamad Faroji Kepala Biro Media RABN.CO.ID

RABN.CO.ID, JAKARTA – Di balik tenangnya aktivitas di bank, kawasan industri, hingga perkantoran pemerintah, berdiri sosok-sosok berseragam biru atau hitam: anggota satuan pengamanan (security). Mereka bukan sekadar penjaga pintu atau pengatur lalu lintas parkir. Mereka adalah garda terdepan pengamanan obyek vital yang setiap hari berhadapan dengan ketidakpastian, ancaman, bahkan risiko kehilangan nyawa.

Dedikasi mereka kerap tak sebanding dengan apresiasi yang diterima. Jam kerja panjang, beban mental tinggi, hingga benturan dengan masyarakat kerap mereka alami. Ironisnya, perlindungan hukum bagi profesi ini masih lemah. Tidak jarang, ketika terjadi tindak kriminal, anggota security menjadi korban pertama, sementara penghargaan atas jasa mereka nyaris tidak terdengar.

Pertanyaannya, mengapa profesi dengan tanggung jawab sebesar ini justru dipandang sebelah mata? Bukankah mereka adalah pagar awal sebelum aparat penegak hukum turun tangan? Bukankah obyek vital—yang menyangkut kepentingan negara, masyarakat, dan ekonomi—akan rapuh tanpa mereka?

Di banyak perusahaan, keberadaan security masih dianggap formalitas. Mereka ditempatkan bukan sebagai bagian dari sistem keamanan strategis, melainkan sekadar syarat administratif. Padahal, ancaman terhadap obyek vital kini semakin kompleks: terorisme, sabotase, peretasan data, hingga kriminal jalanan.

Dedikasi tidak boleh dibayar murah. Risiko tidak boleh ditanggung sendirian. Tanggung jawab besar membutuhkan perlindungan, pelatihan, dan penghargaan yang sepadan. Pemerintah, pengusaha, dan masyarakat harus berbenah. Mengabaikan peran security berarti membuka celah bagi kerentanan yang sewaktu-waktu bisa meledak menjadi bencana sosial maupun ekonomi.

Sudah saatnya kita menempatkan profesi ini pada posisi yang terhormat. Mereka bukan hanya penjaga pintu masuk, tetapi penjaga kepercayaan publik. Dedikasi mereka adalah benteng. Risiko mereka adalah pengorbanan. Tanggung jawab mereka adalah harga mahal yang tak boleh dibayar dengan stigma dan upah rendah. (RedF)

Editor : Sofid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *