RABN.CO.ID, BALI – Presiden Joko Widodo membuka sesi penting dalam Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multi-pihak (HLF-MSP) dan Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 pada Senin pagi, 2 September 2024, di Bali. Acara yang dihadiri oleh para pemimpin dunia dan ratusan peserta dari berbagai sektor ini menjadi sorotan global, mengingat pentingnya diskusi yang berlangsung di dalamnya.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden Jokowi menggarisbawahi urgensi untuk merevitalisasi solidaritas internasional di tengah ketidakpastian yang melanda dunia.
“Kita semua bertekad menciptakan perubahan positif di tengah tantangan global yang semakin kompleks,” ujar Jokowi dengan nada tegas.
Ia menyinggung perlambatan ekonomi, tingginya tingkat pengangguran dan inflasi, serta ketegangan geopolitik yang berlarut-larut, yang tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga mengganggu rantai pasok global.
“Namun, ironisnya, di saat seperti ini solidaritas internasional justru menurun,” lanjutnya dengan nada prihatin.
Jokowi pun menyerukan perlunya strategi baru dan langkah taktis yang lebih cerdas untuk memastikan pembangunan yang adil dan inklusif bagi negara-negara berkembang.
Menurutnya, dunia tidak bisa lagi berdiam diri di tengah situasi yang memprihatinkan ini, dan harus segera bergerak dengan pendekatan yang lebih adaptif dan berorientasi pada hasil.
Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 yang digelar dari 1-3 September 2024 mengangkat tema “Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063”.
Tema ini diambil untuk menghidupkan kembali semangat Konferensi Asia-Afrika dalam menghadapi isu-isu krusial seperti transformasi ekonomi, energi, pangan, dan ketahanan kesehatan. Acara ini tidak hanya menjadi platform diskusi, tetapi juga menjadi ajang business matching dan pameran, yang diharapkan dapat mendorong kolaborasi konkret antara negara-negara peserta.
Di sisi lain, Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multi-pihak (HLF-MSP) mengusung tema “Strengthening Multi-Stakeholder Partnership for Development towards a Transformation Change”. Forum ini berfokus pada penguatan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, organisasi internasional, dan lembaga swadaya masyarakat untuk menciptakan perubahan signifikan dalam pembangunan global.
Dalam pidatonya, Jokowi menyoroti empat poin krusial yang harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan negara berkembang. Pertama, pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) harus tetap menjadi prioritas, meski dunia menghadapi berbagai tantangan.
Kedua, Indonesia berkomitmen untuk menjadi jembatan diplomasi global, dengan menjunjung tinggi keadilan dan kesetaraan sebagaimana semangat Konferensi Asia-Afrika.
Ketiga, Indonesia siap memperluas kemitraan dengan berbagai negara, terutama di Afrika, untuk meningkatkan perdagangan dan kerja sama.
Keempat, Jokowi menekankan perlunya menghidupkan kembali solidaritas global untuk memperkuat kolaborasi dalam menghadapi tantangan bersama.
Lebih dari sekadar forum, acara ini menjadi momen penting untuk memperkuat kerja sama internasional dan menemukan solusi kreatif dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Dengan berbagai inisiatif yang diusulkan, Jokowi berharap forum ini dapat menjadi titik awal bagi lahirnya strategi-strategi baru yang lebih efektif dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.