RABN.CO.ID, JATENG — Pemalang Politik itu dinamis. Tak bisa diduga. Seni berbagai kemungkinan, atau kita menyebutnya politik itu abu-abu.
Alasannya? Karena kebenaran dalam politik itu nisbi. Relatif. Tidak mutlak seperti agama. Sehingga berpolitik harus rasional, tidak emosional.
Manuver politik zig-zag jadi tidak masalah. Kontestasi Pilgub, Pilkada lima tahunan maju dari partai A, lalu berganti partai B saat ini. Partai tak lebih hanya alat. Kendaraan yang ditunggangi untuk merebut kuasa dan empuknya kursi jabatan. Keluar masuk partai jadi lumrah. Atau keluar partai, buat gerakan dengan jargon arah baru.
Benarkah demikian? Semuanya tak tepat. Berbagai pernyataan di atas lebih pada justifikasi terhadap haus kuasa. Ingin mendapatkan kekuasaan dengan berbagai cara.
Politik itu tidak abu-abu. Ada hitam dan putih. Tak perlu referensi agama untuk menjelaskan ini.
Cukup simak apa yang terjadi belakangan ini.
Pada kontestasi Pilbup 2024 Kabupaten Pemalang ada tiga pasangan Calon Bupati “Viky Prasetyo – Suwendi di usung PKB ( No urut 1 ),Mansur – Boby yang di di usung koalisi Partai Besar Gerindra- PPP-PKS-PAN-Demokrat-Nasdem, Partai Garuda-dan PKN. ( Nomor urut 2 ) dan Anom Widyanto – Nurkholis , Golkar-PSI-Gelora dan Perindo ( nomor urut 3 ).
“Menurut Nara sumber bahwa pasangan urut nomor dua yang di rekomendasikan partai Gerindra sebagai calon wakil Bupati Boby didapati menghadiri ” Rapat Kerja Cabang Khusus’ RAKERCABSUS PDI-P, tanggal 18 /9/2024, diduga memakai Baju PDI-P warna Merah, Koalisi sah – sah saja karena atas kesepakatan Partai, tetapi kehadiran Boby sebagai anggota Partai Gerindra di duga memakai baju PDI-P sudah menyalahi aturan secara moral Boby sudah menjadi warga PDI-P atau bagian dari kamuflase seakan Gerindra tidak hadir tapi mengikuti acara Rakercabsus PDI-P,sangat membingungkan pemilih dalam menentukan Pilihanya, Pungkasnya.