Aksi Damai,Warga Gelar Seni Budaya, Soroti Gedung DPRD Megah di Tengah Kemiskinan Pemalang
RABN.CO.ID PEMALANG – Sejumlah warga yang tergabung dalam Lindu Aji Garis Lurus Pemalang menggelar aksi seni dan budaya di depan Pendopo Kabupaten Pemalang, Rabu (3/9/2025). Aksi ini disertai pernyataan sikap yang menyoroti ketimpangan antara kondisi masyarakat Pemalang dengan fasilitas megah yang dimiliki DPRD.
Dalam pernyataannya, massa menyebut:
Pemalang sebagai kabupaten termiskin nomor 4 di Jawa Tengah,dari 35 Kabupaten dan Kota,namun justru
memiliki gedung DPRD yang dinilai termegah untuk tingkat kabupaten/kota di Indonesia. “Bangunan megah DPRD menjadi fakta adanya ketimpangan, di mana masyarakat hidup miskin sementara wakil rakyatnya menikmati pendapatan sangat sejahtera,” demikian isi pernyataan sikap.
Mereka juga menyinggung soal Peraturan Bupati terkait tunjangan perumahan DPRD yang dianggap terlalu besar.
Tunjangan itu disebut mencapai Rp 40 juta untuk Ketua DPRD,dan Rp 30 juta untuk wakil, termasuk Rp 20,45 juta untuk anggota.
Massa mendesak agar Bupati Anom dan wakil Bupati Nurkholes, segera mencabut aturan tersebut !
Selain itu, aksi ini juga menyoroti pembangunan yang dianggap tidak merata. Massa menilai pemerintah lebih fokus membangun di pusat kota ketimbang memperhatikan jalan-jalan ekonomi di pedesaan. “Pembangunan fisik jalan di desa harus jadi prioritas agar roda ekonomi masyarakat bisa berjalan,” tegas mereka.
Menariknya, aksi protes tersebut dikemas lewat pertunjukan kesenian tradisional seperti jaran ebeg, sintren, dan ronggeng. Menurut massa, simbol-simbol budaya seperti tugu jaran ebeg yang berdiri di beberapa titik kota hanyalah sebatas hiasan tanpa ada langkah konkret untuk mendukung seniman tradisional.
Di akhir pernyataannya, massa menegaskan enam poin tuntutan, di antaranya: pembangunan dan perhatian pada kesenian tradisional, pemerataan pembangunan, hingga keberanian Bupati mengambil langkah konkret demi kepentingan masyarakat.
“Protes warga di berbagai aksi maupun di media sosial jangan dianggap sepele. Jadikan kejadian sekarang sebagai bahan evaluasi untuk kebijakan yang lebih bijaksana,”Tutupnya (rabn-pml)
Editor : Sofid