News

Publik Menyoroti, Maraknya LKS Menjadi Bukti Lemahnya KKG

×

Publik Menyoroti, Maraknya LKS Menjadi Bukti Lemahnya KKG

Sebarkan artikel ini

Publik Menyoroti, Maraknya LKS Menjadi Bukti Lemahnya KKG

RABN.CO.ID, PEMALANG – Dunia Pendidikan kembali tercoreng dengan munculnya dugaan praktik menyimpang yang di duga dilakukan oleh oknum Istri pejabat di Pemkab Pemalang.Oknum tersebut diduga secara terselubung mengarahkan salah satu ketua yayasan, “bila berminat silahkan bergabung dan membeli Lembar Kerja Siswa ( LKS ) dari pihak tertentu,” tutur salah satu guru dalam vidio durasi pendek , di sini jelas ada dugaan mengarah pada suatu perbuatan kolusi yang berdampak menciderai dunia pendidikan.

Menurut sumber saat di temui awak media,maraknya penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dijual secara masif di TK, sekolah-sekolah dasar hingga menengah menjadi sorotan publik.

LKS yang sejatinya hanya berfungsi sebagai penunjang pembelajaran, kini seolah menjadi bahan ajar utama.Senin 28/7/2025

Keberadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang masif digunakan di sejumlah TK, sekolah dasar dan menengah di Pemkab Pemalang.Fenomena ini dinilai telah memasukkan peran strategi Kelompok Kerja Guru ( KKG ) sebagai wadah pengembangan profesionalisme guru.

Dimana bahwa LKS kerap menjadi solusi instan bagi guru dalam menyusun perangkat terbuka
materi yang sudah siap pakai membuat guru enggan berfikir,merancang pembelajaran,atau mengembangkan soal secara kolaboratif dalam forum KKG.

Fungsi KKG sebagai ruang dialog pedagogik dan inovasi pembelajaran nyaris mati suri.

Forum yang seharusnya menjadi tempat guru bertukar gagasan kini hanya menjadi formalitas administratif.

Namun, lemahnya pelaksanaan KKG di banyak sekolah menyebabkan guru cenderung memilih jalan pintas dengan mengandalkan LKS yang instan, meskipun seringkali tidak sesuai dengan kondisi lokal dan kebutuhan siswa.

Tak jarang, keberadaan LKS juga menimbulkan beban ekonomi bagi orang tua siswa.

Padahal dalam sistem pendidikan nasional, pembelajaran yang baik tidak harus bergantung pada bahan ajar berbayar.

Ironisnya, beberapa sekolah justru menjadikan LKS sebagai sumber utama pembelajaran, sekolah seolah – olah menyerahkan tanggung jawab merancang pembelajaran kepada penerbit LKS.

Singkatnya ,sangat lebih tepat menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).Ini adalah bahan ajar berbentuk lembaran – lembaran tugas-tugas yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran.

Padahal, Kementrian Pendidikan dan kebudayaan menekankan pentingnya komunitas belajar guru melalui KKG untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ketergantungan pada LKS justru menjauhkan guru dari esensi merdeka belajar yang menuntut kreativitas dan kemandirian.Kurikulum merdeka justru mendorong kreativitas guru dalam menyusun materi yang menyenangkan.

Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan semakin jauh dari tujuan pendidikan yang memerdekakan dan memberdayakan. KKG harus direvitalisasi, didampingi, dan diperkuat agar mampu menjadi ujung tombak dalam meningkatkan kualitas guru dan pembelajaran di sekolah.

Pemerintah daerah dan pengawas pendidikan harus mengambil peran aktif agar LKS tidak lagi menjadi cermin dari lemahnya profesionalisme guru.

Masyarakat menaruh harapan besar kepada Pemkab Pemalang, berharap ada audit dan evaluasi,dan ketegasan pihak terkait untuk menindak tegas terhadap praktik-praktik semacam ini agar tidak terus terjadi dari tahun ke tahun demi mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berintegritas.( Redf )

Editor : Sofid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *